Minggu, 10 Juni 2012

Best Practice: Slamet Riyadi, S.Pd
Kepala SD Inpres Kuipons Kabupaten Jayapura
Tingkat Nasional Tahun 2011


BAB  I
PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang Masalah
Penulis diangkat sebagai kepala SD Inpres Kuipons sejak tanggal, 8 Januari 2009.  sebagai Kepala Sekolah baru, yang pertama kali  penulis  lakukan adalah melakukan pengamatan dan mendata kondisi SD Inpres Kuipons. Bayangan awal penulis , sekolah yang akan di kelola adalah sekolah yang sudah maju, karena   SD Inpres Kuipons ini terletak di pinggir jalan utama Sentani – Kabupaten Sarmi, ternyata kondisi sekolah ini sangat jauh dari harapan penulis.
     Hasil pengamatan dan penilaian penulis  tentang kondisi SD Inpres Kuipons adalah:
a.    Dokumen I kurikulum sekolah belum di susun.
b.    Sebagian guru belum mempunyai silabus dan RPP (perangkat pembelajaran)
c.    Sarana dan prasarana di sekolah masih terbatas bahkan kondisinya sangat memprihatinkan (ditunjukkan pada gambar 1.1)
        Gambar 1.1 Sarana  dan  Prasarana sekolah SD Inpres Kuipons.






d.   Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh peran guru, dan guru satu- satunya sumber belajar, selain buku paket.
e.    Pembelajaran yang dikembangkan di kelas-kelas  lebih ditekankan pada  hafalan dan mencari satu jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan.
f.     Dalam  kegiatan  pembelajaran guru belum mampu menerapkan model, metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan sehingga kurang mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.
g.    Dalam proses pembelajaran guru sangat jarang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, walaupun materi pelajaran ada kaitannya dengan lingkungan sekolah.
h.    Jumlah guru tidak memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM).
i.      Perolehan nilai Ujian Nasional masih dibawah standar nasional tahun 2007/2008 ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut:
             Tabel 1.1 Data Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2007/2008
NO
MATA PELAJARAN
MIN
MAX
RATA2
1
BAHASA INDONESIA
3,40
8,80
5,49
2
MATEMATIKA
1,50
5,00
3,46
3
IPA
4,50
7,77
5,63
                                                                        Sumber: Data Sekolah tahun 2008
j.      Administrasi sekolah maupun kelas nyaris tidak ada.
k.    Kegiatan  KKG sekolah belum dimanfaatkan  dan dilaksanakan secara optimal.
l.      Hubungan Masyarakat/Komite dengan sekolah kurang terjalin dengan harmonis.
2.        Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan  di SD Inpres Kuipons adalah  kurangnya keterlibatan guru dan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan, hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa SD Inpres Kuipons di bawah standar nasional, bahkan  tidak diperhitungkan di tingkat kabupaten Jayapura.
3.        Strategi Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan  yang ada di SD Inpres Kuipons tersebut, maka  penulis mengambil langkah strategi  pemecahan masalah  selain funishment dan reward, juga melibatkan  pemberdayaan KKG (Kelompok Kerja Guru) di sekolah.
KKG yang dilakukan di sekolah diartikan sebagai Team Pengembang Sekolah yang melakukan kegiatan memetakan kondisi sekolah, mengidentifikasi masalah-masalah yang ada, membuat rencana tindakan penanganan masalah, mengevaluasi pelaksanaan tindakan dan menindak lanjuti hasil evaluasi.
KKG sekolah dapat berfungsi sesuai harapan penulis  dalam meningkatkan mutu sekolah, langkah-langkah yang penulis  lakukan di KKG sebagai berikut:


3.1      Bagi Guru
a.    Merangkul semua guru di SD Inpres Kuipons untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan di sekolah.
b.    Menyadarkan dan membimbing guru memahami pentingnya peningkatan mutu layanan pendidikan bagi siswa.
c.    Membentuk pokja-pokja sesuai 8 standar nasional pendidikan (Gbr 1.2)
Gbr 1.2  Suasana di sekolah antara Kepala sekolah dengan guru untuk  membentuk pokja-pokja.



d.   Menyarankan kepada pokja-pokja agar memanfaatkan lingkungan dan sarana yang ada di sekolah sebagai modal untuk melangkah memperbaiki kondisi sekolah.
e.    Membuat agenda pertemuan rutin, khusus hari sabtu (sekitar 2 jam) membahas permasalahan yang ada dan mencari solusinya.
f.     Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki.
g.    Mengevaluasi kegiatan.
h.    Menindak lanjuti hasil evaluasi.
3.2   Komite / Masyarakat Kampung
a.       Merangkul dan beradaptasi dengan Komite/Aparat Kampung untuk menjalin hubungan harmonis demi memfasilitasi untuk kemajuan memperbaiki sarana prasara di sekolah tersebut.
b.      Mengadakan pertemuan rutin satu bulan sekali mengevaluasi kekurangan dari sarana dan prasarana sekolah.
c.       Komite / Masyarakat ikut andil dalam mengembangkan perbaikan sekolah.






BAB  II
PEMBAHASAN

1.    Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
KKG sekolah dipilih sebagai salah satu alternative untuk mengatasi masalah. Karena kondisi SD Inpres Kuipons sebelum penulis menjadi Kepala sekolah hubungan guru satu dengan yang lainnya kurang harmonis. Selain itu program sekolah juga hanya sebatas wacana dan merupakan ide kepala sekolah saja. Sementara pengelolaan sekolah dilakukan oleh kepala sekolah tanpa melibatkan guru-guru yang ada. Selain itu melalui KKG sekolah  guru-guru juga mencari alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi kondisi sekolah. Pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) merupakan pendekatan yang kami gunakan. Dalam pendekatan pembelajaran PAIKEM, guru dapat memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Masyarakat dapat digunakan  sebagai sumber belajar, hal tersebut melalui survei. Survei dilakukan oleh guru untuk menemukan sumber belajar di masyarakat sehingga mampu menumbuhkan motivasi untuk memperkaya nilai-nilai hasil belajar guna dapat meningkatkan pemahaman dan peningkatan materi pelajaran. (Sarman, 2005).
Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar mengarahkan anak pada peristiwa atau keadaan yang sebenarnya atau keadaan yang alami sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
  Manfaat nyata yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan ini adalah: (1) menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak; (2) memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningful learning); (3) memungkinkan terjadinya proses pembentukan kepribadian anak; (4) kegiatan belajar akan lebih menarik bagi anak; dan (5) menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning aktivities). (Badru Zaman, dkk. 2005) 
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama menjadi Kepala SD Inpres Kuipons, guru-guru di SD Inpres Kuipons  dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sangat jarang. Guru lebih sering menyajikan pelajaran di dalam kelas walaupun materi yang disajikan berkaitan dengan lingkungan sekolah. Sebagian besar guru mengaku enggan mengajak siswa belajar di  luar kelas, karena alasan susah mengawasi. Selain itu ada guru yang menyampaikan bahwa mereka tidak bisa dan tidak tahu dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Untuk mengatasi hal itu perlu adanya penyadaran dan pemahaman melalui diskusi kelompok diantara para guru  mata pelajaran dan guru kelas dalam bentuk KKG untuk mendiskusikan masalah pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
      Dalam kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi pengalaman dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal.  Penelitian Nur Mohamad (dalam Ekowati, 2001) menunjukkan diskusi kolompok memiliki dampak yang amat positif bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah maupun yang tingkat pengalamannya tinggi.
Guru yang tingkat pengalamannya tinggi akan menjadi lebih matang dan bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah akan menambah pengetahuan.  Keunggulan diskusi kelompok melalui KKG adalah keterlibatan guru bersifat holistik dan  konprehensif   dalam   semua   kegiatan.  Dari   segi  lainnya  guru  dapat  menukar pendapat,   memberi saran, tanggapan dan berbagai reaksi sosial dengan teman seprofesi sebagai peluang bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman.
Diskusi kelompok adalah suatu kegiatan belajar yang dilakukan secara bersama-sama. Diskusi kelompok pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama-sama. Artinya setiap anggota turut memberikan sumbangan pemikiran dan pendapat dalam memecahkan persoalan tersebut. Diskusi kelompok adalah suatu kegiatan belajar untuk memecahkan persoalan secara bersama-sama, sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik.
2.    Hasil atau Dampak Yang Dicapai dari Strategi Yang Dipilih
 Berdasarkan pengamatan dan supervisi yang dilakukan penulis, setelah melalui tahapan tindakan dalam upaya memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam pembelajaran, membawa hasil/dampak sebagai berikut:
  1. Guru menyadari dan memperoleh banyak manfaat dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar diantaranya: (1) lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya wawasannya, tidak terbatas oleh empat dinding kelas dan kebenarannya lebih akurat; (2) proses pembelajaran dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan, dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar; (3) belajar akan lebih bermakna (meaningful learning), sebab siswa dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya; (4) aktifitas siswa akan lebih meningkat dengan memungkinkannya menggunakan berbagai cara seperti proses mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan sesuatu, menguji fakta, dan sebagainya; (5) dapat dimungkinkan terjadinya pembentukan pribadi para siswa, seperti cinta akan lingkungan (Udin S W dkk, 2005).
Perolehan data supervisi KKG sekolah sebelum dan sesudah perbaikan dilakukan, dapat dilihat pada Tabel. 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1. Perolehan data supervisi KKG Sekolah sebelum dan sesudah perbaikan.

Efektifitas Pembelajaran
Sebelum Perbaikan
Tahun Pelajaran 2009/2010
Efektifitas Pembelajaran
 Setelah  perbaikan
Tahun Pelajaran 2009/2010
Efektifitas Pembelajaran
perbaikan
Tahun Pelajaran
 2010/2011
No
%
Jml guru
No
Nilai
Jml guru
No
Nilai
Jml guru
1.        
76 -100
1
1.       
76 -100
4
1.    
76 -100
13
2.        
51 - 75
1
2.       
51 - 75
8
2.    
51 - 75
1
3.        
26 - 50
5
3.       
26 - 50
2
3.    
26 - 50
0
4.        
1 - 25
7
4.       
1 - 25
0
4.    
1 - 25
0
Jumlah yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
6
Jumlah yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
11
Jumlah yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
13
Total
14
Total
14
Total
14
Persentase
42%
Persentase
78%
Persentase
93%

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil dalam penyusunan RPP terhadap kemampuan guru memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yaitu perolehan nilai sebelum  perbaikan 42%, setelah perbaikan Tahun Pelajaran 2009/2010 memperoleh nilai 72% dan perbaikan Tahun Pelajaran 2010/2011 diperoleh nilai 93%. Dari data prosentasi tersebut dalam kaitannya dengan penyusunan RPP maupun dalam pelaksanaan pembelajaran walaupun masih masuk katagori “cukup” namun dapat dilakukan secara bertahap menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang signifikan.
  1. Dalam memanfaakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dan keseriusan guru mengajar serta seringnya guru memberikan latihan-latihan ulangan, membimbingan dengan baik murid SD Inpres Kuipons selama 3 tahun mengalami kemajuan nilai Ujian Nasional (Daftar Nilai UN terlampir).
  2. Sebagian besar guru dapat mengoperasionalkan komputer, oleh sebab itu guru dapat membuat analisis melalui komputer atau Laptop. (Foto ICT terlampir)
3. Kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Strategi Yang Dipilih
a. Masih ada beberapa guru dalam berdiskusi belum menampakkan kerjasama, aktivitas dan perhatian yang baik terhadap permasalahan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, sehingga diperlukan  bimbingan yang lebih intensif.
b.  Kemampuan guru dalam menyusun RPP dan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar belum optimal sehingga perlu bimbingan berkelanjutan melalui KKG sekolah.
c.  Perlu waktu dalam merubah paradigma beberapa guru terutama guru-guru yang relatif lama mengajar dalam menuju guru yang profesional, mereka memiliki sifat konservatif, artinya merasa senang dengan apa yang sudah rutin dikerjakan (rutinitas), sehingga apabila muncul  sesuatu yang baru yang inovatif, guru tersebut agak sulit menerima apalagi menerapkannya. Sehingga mereka (guru yang relatif lama mengajar), ‘agak sulit’ untuk diajak maju dan berkembang. Guru-guru lama ini biasanya telah mengalami titik jenuh dalam mengajar dan merasa jenjang kenaikan karirnya tidak bisa berkembang atau stagnan (Tirto, A, 2008).
4. Faktor-faktor pendukung
a.  Kepala SD Inpres sebagai fasilitator PCT/DCT dan 3 guru pemandu DCT  dalam kegiatan program KKG bermutu.
  b. Kebersamaan atau kekompakan guru menjadi modal utama dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di SD Inpres Kuipons Kabupaten Jayapura.
  c.    Komite Sekolah dan Masyarakat turut membantu untuk kemajuan Sekolah di bidang sarana prasara. (Gbr 2.1)
        Tabel 2.1 Foto kebersamaan antara Kepala sekolah dengan guru-guru dalam masyarakat






5. Alternatif Pengembangan
Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial perlu adanya pemahaman tentang bagaimana alternatif/kemungkinan cara atau teknik pemanfaatannya. Pada hakekatnya alternative pengembangan yaitu menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkugan sebagai sumber belajar di kelas dilakukan di dalam maupun diluar kelas dengan beberapa cara sebagai berikut:
a.         Karyawisata (Fieldtrip), yaitu mengunjungi lingkungan yang dijadikan objek studi tertentu sebagai bagian integral dari pelaksanaan kurikulum yang sesuai dengan kompetensi dasar.
b.        Melaksanakan Perkemahan (Scholl camping), yaitu bersama siswa mengadakan perkemahan dengan maksud tidak hanya sekedar untuk kegiatan rekreasi saja tetapi untuk memperkenalkan dan mempelajari lingkungan.
c.         Melakukan kegiatan survey, yaitu mengunjungi objek tertentu yang relevan dengan tujuan pembelajaran, misalnya untuk mempelajari kebiasaan dan adat istiadat di suatu daerah.
d.        Melakukan praktek kerja, yaitu para siswa diajak melakukan praktek kerja pada tempat-tempat pekerjaan yang ada di sekitar lingkungan sekolah.
e.         Mengadakan suatu proyek pelayanan kepada masyarakat, misalnya membantu dalam hal kebersihan lingkungan, kerja bakti di Gereja/Mushola terdekat.
f.         Mengundang dokter Puskesmas untuk berbicara soal kesehatan atau cara-cara pencegahan suatu penyakit kepada para siswa di dalam kelas.
g.        Mengundang bapak polisi, kepala desa/lurah, penyuluh pertanian, ketua koperasi, dan atau tokoh masyarakat lainnya sebagai nara sumber (ressource person) untuk berbicara di depan para siswa kita mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan bidang tugasnya masing-masing.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, agar memperoleh hasil belajar yang maksimal, maka perlu persiapan yang matang. Ada 3 langkah yang dapat dilakukan untuk menggunakan lingkungan  sebagai sumber belajar, yaitu: (1) langkah perencanaan, (2) langkah pelaksanaan, dan (3) langkah tindak lanjut (follow up).













BAB  III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL

1.    Rumusan Simpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. KKG  sekolah dan komite/masyarakat dapat meningkatkan prestasi belajar  di SD Inpres Kuipons Kabupaten Jayapura.
  2. Peningkatan pemahaman guru terhadap pentingnya pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai salah satu sumber belajar dengan menyadarkan dan membimbing guru memahami pentingnya memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai salah satu sumber belajar, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip  bentuk pembelajaran  yang berpihak pada pembelajaran melalui, relating, experienting, actuating, contekstual, transferring.
  3. SD Inpres Kuipons Kabupaten Jayapura dapat dijadikan sekolah unggul di Jayapura.
2. Rekomendasi Operasional
a.  Kepada Dinas Pendidikan  atau instansi terkait sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijakan/keputusan sebagai upaya meningkatkan kompetensi dan  profesionalisme guru termasuk meningkatkan mutu pendidikan.
b.  Kepada LPMP yang turut membantu kegiatan program bermutu diupayakan terus dilanjutkan sampai tuntas.
c.  Kepada pengawas sekolah, dapat membantu dalam membimbing dan mengawasi guru  dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.
d.  Kepada pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan perlu terus melakukan inovasi pengelolaan sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah.

e.    Kepada Komite sekolah dan masyarakat meningkatkan kerjasama dengan pihak sekolah khususnya dalam pembangunan di bidang sarana dan prasarana.
        f.    Kepada guru-guru khususnya guru di SD Inpres Kuipons Kabupaten Jayapuradengan dan kemampuannya untuk berubah perlu terus melakukan inovasi pembelajaran dalam rangka menjadikan pembelajaran yang efektif.




TERIMA KASIH



















DAFTAR PUSTAKA
Badru Zaman, dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Buku Materi Pokok PGTK 2304. Modul 1-9. Jakarta Universiats Terbuka.
Ekowati, Endang. 2001. Stategi Pembelajaran Kooperatif. Modul Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005.Tentang Standar Pendidikan Nasional. Himpunan Peraturan Pemerintah RI di Bidang Pendidikan. Jakarta. Binatama Raya.
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007. Tentang Standar Proses. Himpunan Peraturan Pemerintah RI di Bidang Pendidikan. Jakarta. Binatama Raya.
Rusyan Tabrani. 2001. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rosdakarya.
Udin S. Winataputra, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Buku Materi Pokok PGSD2201. Modul 1-12. Jakarta. Universitas Terbuka.












3 komentar: