Kepala SD Inpres Kuipons Kabupaten Jayapura
Tingkat Nasional Tahun 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Penulis
diangkat sebagai kepala SD Inpres Kuipons sejak tanggal, 8 Januari 2009. sebagai
Kepala Sekolah baru, yang pertama kali penulis lakukan adalah melakukan pengamatan dan
mendata kondisi SD Inpres Kuipons. Bayangan awal penulis , sekolah yang akan di kelola adalah sekolah yang sudah maju, karena
SD Inpres Kuipons ini terletak di
pinggir jalan utama Sentani – Kabupaten
Sarmi, ternyata
kondisi sekolah ini sangat jauh
dari harapan penulis.
Hasil pengamatan dan
penilaian penulis tentang kondisi SD
Inpres Kuipons adalah:
a. Dokumen
I kurikulum sekolah belum di susun.
b.
Sebagian guru belum mempunyai silabus
dan RPP (perangkat pembelajaran)
c.
Sarana
dan prasarana di sekolah masih terbatas bahkan kondisinya sangat memprihatinkan (ditunjukkan pada gambar
1.1)
Gambar 1.1 Sarana dan
Prasarana sekolah SD Inpres Kuipons.
d.
Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi
oleh peran guru, dan guru satu- satunya sumber belajar,
selain buku paket.
e.
Pembelajaran yang dikembangkan di
kelas-kelas lebih ditekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban benar
terhadap soal-soal yang diberikan.
f.
Dalam
kegiatan pembelajaran guru belum
mampu menerapkan model, metode atau strategi
pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi yang diajarkan sehingga kurang mengembangkan daya nalar
siswa secara optimal.
g.
Dalam proses pembelajaran guru sangat jarang
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, walaupun materi
pelajaran ada kaitannya dengan lingkungan sekolah.
h.
Jumlah guru tidak memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM).
i.
Perolehan
nilai Ujian Nasional masih dibawah standar nasional tahun 2007/2008
ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1 Data Ujian Nasional
Tahun Pelajaran 2007/2008
NO
|
MATA PELAJARAN
|
MIN
|
MAX
|
RATA2
|
1
|
BAHASA INDONESIA
|
3,40
|
8,80
|
5,49
|
2
|
MATEMATIKA
|
1,50
|
5,00
|
3,46
|
3
|
IPA
|
4,50
|
7,77
|
5,63
|
Sumber:
Data Sekolah tahun 2008
j.
Administrasi
sekolah maupun kelas nyaris tidak ada.
k.
Kegiatan KKG sekolah belum dimanfaatkan
dan dilaksanakan secara optimal.
l.
Hubungan Masyarakat/Komite dengan sekolah kurang
terjalin dengan harmonis.
2.
Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang permasalahan di SD
Inpres Kuipons adalah kurangnya
keterlibatan guru dan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan, hal ini dapat dilihat
dari prestasi belajar siswa SD Inpres Kuipons di bawah standar nasional, bahkan tidak diperhitungkan di tingkat kabupaten
Jayapura.
3.
Strategi Pemecahan Masalah
Berdasarkan
permasalahan yang ada di SD Inpres Kuipons tersebut, maka penulis
mengambil langkah strategi
pemecahan masalah selain funishment dan reward, juga melibatkan pemberdayaan
KKG (Kelompok Kerja Guru) di sekolah.
KKG yang dilakukan di sekolah diartikan sebagai Team Pengembang Sekolah yang melakukan kegiatan memetakan kondisi sekolah,
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada, membuat rencana tindakan penanganan
masalah, mengevaluasi pelaksanaan tindakan dan menindak lanjuti hasil evaluasi.
KKG sekolah dapat
berfungsi sesuai harapan penulis dalam
meningkatkan mutu sekolah, langkah-langkah yang penulis lakukan di KKG sebagai berikut:
3.1 Bagi Guru
a.
Merangkul semua guru di SD Inpres Kuipons untuk
berpartisipasi aktif dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan di sekolah.
b.
Menyadarkan dan
membimbing guru memahami pentingnya peningkatan mutu layanan pendidikan bagi
siswa.
c.
Membentuk pokja-pokja sesuai 8 standar nasional
pendidikan (Gbr 1.2)
Gbr 1.2 Suasana di sekolah antara Kepala sekolah
dengan guru untuk membentuk pokja-pokja.
d.
Menyarankan kepada pokja-pokja agar memanfaatkan
lingkungan dan sarana yang ada di sekolah sebagai modal untuk
melangkah memperbaiki kondisi sekolah.
e.
Membuat agenda pertemuan rutin, khusus hari sabtu
(sekitar 2 jam) membahas permasalahan yang ada dan mencari solusinya.
f.
Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki.
g.
Mengevaluasi kegiatan.
h.
Menindak lanjuti hasil evaluasi.
3.2 Komite /
Masyarakat Kampung
a.
Merangkul dan beradaptasi dengan Komite/Aparat
Kampung untuk menjalin hubungan harmonis demi memfasilitasi untuk kemajuan memperbaiki
sarana prasara di sekolah tersebut.
b.
Mengadakan pertemuan rutin satu bulan sekali
mengevaluasi kekurangan dari sarana dan prasarana sekolah.
c.
Komite / Masyarakat ikut andil dalam mengembangkan
perbaikan sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
KKG sekolah dipilih sebagai salah satu alternative
untuk mengatasi masalah. Karena kondisi SD Inpres Kuipons sebelum penulis
menjadi Kepala sekolah hubungan guru satu dengan yang lainnya kurang harmonis.
Selain itu program sekolah juga hanya sebatas wacana dan merupakan ide kepala
sekolah saja. Sementara pengelolaan sekolah dilakukan oleh kepala sekolah tanpa melibatkan guru-guru yang ada. Selain itu melalui KKG sekolah guru-guru juga mencari alternatif
metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi kondisi sekolah. Pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)
merupakan pendekatan yang kami gunakan. Dalam pendekatan pembelajaran PAIKEM, guru dapat memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Masyarakat
dapat digunakan sebagai sumber belajar,
hal tersebut melalui survei. Survei dilakukan oleh guru untuk menemukan sumber
belajar di masyarakat sehingga mampu menumbuhkan motivasi untuk memperkaya
nilai-nilai hasil belajar guna dapat meningkatkan pemahaman dan peningkatan materi
pelajaran. (Sarman, 2005).
Pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar mengarahkan anak pada peristiwa atau
keadaan yang sebenarnya atau keadaan yang alami sehingga lebih nyata, lebih
faktual dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Manfaat nyata yang dapat diperoleh dengan
memanfaatkan lingkungan ini adalah: (1) menyediakan berbagai hal yang dapat
dipelajari anak; (2)
memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningful
learning); (3)
memungkinkan terjadinya proses pembentukan kepribadian anak; (4) kegiatan belajar akan lebih menarik
bagi anak; dan (5)
menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning aktivities). (Badru Zaman,
dkk. 2005)
Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman penulis selama menjadi Kepala SD Inpres Kuipons,
guru-guru di SD Inpres Kuipons dalam
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sangat jarang. Guru
lebih sering menyajikan pelajaran di dalam kelas walaupun materi yang disajikan
berkaitan dengan lingkungan sekolah. Sebagian besar guru mengaku enggan
mengajak siswa belajar di luar kelas,
karena alasan susah mengawasi. Selain itu ada guru yang menyampaikan bahwa
mereka tidak bisa dan tidak tahu dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar.
Untuk
mengatasi hal itu perlu adanya penyadaran dan pemahaman melalui diskusi
kelompok diantara para guru mata
pelajaran dan guru kelas dalam bentuk KKG untuk mendiskusikan masalah
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Dalam
kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi pengalaman dalam pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Penelitian Nur Mohamad (dalam
Ekowati, 2001) menunjukkan diskusi kolompok memiliki dampak yang amat positif
bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah maupun yang tingkat pengalamannya
tinggi.
Guru yang
tingkat pengalamannya tinggi akan menjadi lebih matang dan bagi guru yang
tingkat pengalamannya rendah akan menambah pengetahuan. Keunggulan diskusi kelompok melalui KKG
adalah keterlibatan guru bersifat holistik dan
konprehensif dalam semua
kegiatan. Dari segi
lainnya guru dapat
menukar pendapat, memberi saran,
tanggapan dan berbagai reaksi sosial dengan teman seprofesi sebagai peluang
bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman.
Diskusi
kelompok adalah suatu kegiatan belajar yang dilakukan secara bersama-sama.
Diskusi kelompok pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama-sama.
Artinya setiap anggota turut memberikan sumbangan pemikiran dan pendapat dalam
memecahkan persoalan tersebut. Diskusi kelompok adalah suatu kegiatan belajar
untuk memecahkan persoalan secara bersama-sama, sehingga akan memperoleh hasil
yang lebih baik.
2.
Hasil atau Dampak Yang Dicapai dari
Strategi Yang Dipilih
Berdasarkan
pengamatan dan supervisi yang dilakukan penulis, setelah melalui tahapan
tindakan dalam upaya memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
dalam pembelajaran, membawa hasil/dampak sebagai berikut:
- Guru menyadari dan memperoleh banyak manfaat dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar diantaranya: (1) lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya wawasannya, tidak terbatas oleh empat dinding kelas dan kebenarannya lebih akurat; (2) proses pembelajaran dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan, dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar; (3) belajar akan lebih bermakna (meaningful learning), sebab siswa dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya; (4) aktifitas siswa akan lebih meningkat dengan memungkinkannya menggunakan berbagai cara seperti proses mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan sesuatu, menguji fakta, dan sebagainya; (5) dapat dimungkinkan terjadinya pembentukan pribadi para siswa, seperti cinta akan lingkungan (Udin S W dkk, 2005).
Perolehan data supervisi
KKG sekolah sebelum dan sesudah perbaikan dilakukan, dapat dilihat pada Tabel. 2.1
sebagai berikut:
Tabel
2.1. Perolehan data supervisi KKG Sekolah sebelum dan sesudah perbaikan.
Efektifitas Pembelajaran
Sebelum
Perbaikan
Tahun
Pelajaran 2009/2010
|
Efektifitas
Pembelajaran
Setelah
perbaikan
Tahun
Pelajaran 2009/2010
|
Efektifitas
Pembelajaran
perbaikan
Tahun
Pelajaran
2010/2011
|
||||||
No
|
%
|
Jml guru
|
No
|
Nilai
|
Jml guru
|
No
|
Nilai
|
Jml guru
|
1.
|
76 -100
|
1
|
1.
|
76 -100
|
4
|
1.
|
76 -100
|
13
|
2.
|
51 - 75
|
1
|
2.
|
51 - 75
|
8
|
2.
|
51 - 75
|
1
|
3.
|
26 - 50
|
5
|
3.
|
26 - 50
|
2
|
3.
|
26 - 50
|
0
|
4.
|
1 - 25
|
7
|
4.
|
1 - 25
|
0
|
4.
|
1 - 25
|
0
|
Jumlah yang
memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar
|
6
|
Jumlah yang
memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar
|
11
|
Jumlah yang memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar
|
13
|
|||
Total
|
14
|
Total
|
14
|
Total
|
14
|
|||
Persentase
|
42%
|
Persentase
|
78%
|
Persentase
|
93%
|
Berdasarkan tabel diatas,
diperoleh hasil dalam penyusunan RPP terhadap kemampuan guru
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yaitu perolehan nilai sebelum perbaikan 42%, setelah perbaikan Tahun
Pelajaran 2009/2010 memperoleh nilai 72% dan perbaikan Tahun Pelajaran
2010/2011 diperoleh nilai 93%.
Dari data prosentasi tersebut dalam kaitannya dengan penyusunan RPP maupun dalam pelaksanaan
pembelajaran walaupun masih masuk katagori “cukup” namun dapat dilakukan secara bertahap menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang signifikan.
- Dalam memanfaakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dan keseriusan guru mengajar serta seringnya guru memberikan latihan-latihan ulangan, membimbingan dengan baik murid SD Inpres Kuipons selama 3 tahun mengalami kemajuan nilai Ujian Nasional (Daftar Nilai UN terlampir).
- Sebagian besar guru dapat mengoperasionalkan komputer, oleh sebab itu guru dapat membuat analisis melalui komputer atau Laptop. (Foto ICT terlampir)
3. Kendala Yang Dihadapi
Dalam Melaksanakan Strategi Yang Dipilih
a. Masih
ada beberapa guru dalam berdiskusi belum menampakkan kerjasama, aktivitas dan
perhatian yang baik terhadap permasalahan pemanfaatan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar, sehingga diperlukan
bimbingan yang lebih intensif.
b. Kemampuan guru dalam menyusun RPP dan
pelaksanaan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar belum optimal
sehingga perlu bimbingan berkelanjutan melalui KKG sekolah.
c. Perlu waktu dalam merubah paradigma beberapa
guru terutama guru-guru yang relatif lama mengajar dalam menuju guru yang
profesional, mereka memiliki sifat konservatif,
artinya merasa senang dengan apa yang sudah rutin dikerjakan (rutinitas), sehingga apabila
muncul sesuatu yang baru yang inovatif,
guru tersebut agak sulit menerima apalagi menerapkannya. Sehingga mereka (guru
yang relatif lama mengajar), ‘agak sulit’ untuk diajak maju dan berkembang.
Guru-guru lama ini biasanya telah mengalami titik jenuh dalam mengajar dan
merasa jenjang kenaikan karirnya tidak bisa berkembang atau stagnan (Tirto, A,
2008).
4. Faktor-faktor
pendukung
a. Kepala SD Inpres sebagai fasilitator PCT/DCT dan 3 guru pemandu
DCT dalam kegiatan program KKG bermutu.
b. Kebersamaan atau kekompakan guru menjadi modal
utama dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di SD Inpres Kuipons Kabupaten Jayapura.
c. Komite
Sekolah dan Masyarakat turut membantu untuk kemajuan Sekolah di bidang sarana
prasara. (Gbr 2.1)
Tabel 2.1 Foto kebersamaan antara
Kepala sekolah dengan guru-guru dalam masyarakat
5. Alternatif
Pengembangan
Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial perlu adanya pemahaman tentang
bagaimana alternatif/kemungkinan cara atau teknik pemanfaatannya. Pada hakekatnya alternative
pengembangan yaitu menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkugan
sebagai sumber belajar di kelas dilakukan di dalam maupun diluar kelas dengan
beberapa cara sebagai berikut:
a.
Karyawisata
(Fieldtrip), yaitu mengunjungi
lingkungan yang dijadikan objek studi tertentu sebagai bagian integral dari
pelaksanaan kurikulum yang sesuai
dengan kompetensi dasar.
b.
Melaksanakan
Perkemahan (Scholl camping), yaitu
bersama siswa mengadakan perkemahan dengan maksud tidak hanya sekedar untuk
kegiatan rekreasi saja tetapi untuk memperkenalkan dan mempelajari lingkungan.
c.
Melakukan
kegiatan survey, yaitu mengunjungi objek tertentu yang relevan dengan tujuan
pembelajaran, misalnya untuk mempelajari kebiasaan dan adat istiadat di suatu
daerah.
d.
Melakukan
praktek kerja, yaitu para siswa diajak melakukan praktek kerja pada
tempat-tempat pekerjaan yang ada di sekitar lingkungan sekolah.
e.
Mengadakan
suatu proyek pelayanan kepada masyarakat, misalnya
membantu dalam hal kebersihan lingkungan, kerja bakti di Gereja/Mushola terdekat.
f.
Mengundang
dokter Puskesmas untuk berbicara soal kesehatan atau cara-cara pencegahan suatu
penyakit kepada para siswa di dalam kelas.
g.
Mengundang
bapak polisi, kepala desa/lurah, penyuluh pertanian, ketua koperasi, dan atau
tokoh masyarakat lainnya sebagai nara sumber (ressource person) untuk berbicara di depan para siswa kita
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan bidang tugasnya masing-masing.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, agar memperoleh hasil belajar yang maksimal, maka perlu persiapan
yang matang. Ada 3 langkah yang
dapat dilakukan untuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu: (1) langkah
perencanaan, (2) langkah pelaksanaan, dan (3) langkah tindak lanjut (follow up).
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL
1. Rumusan
Simpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
- KKG sekolah dan komite/masyarakat dapat meningkatkan prestasi belajar di SD Inpres Kuipons Kabupaten Jayapura.
- Peningkatan pemahaman guru terhadap pentingnya pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai salah satu sumber belajar dengan menyadarkan dan membimbing guru memahami pentingnya memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai salah satu sumber belajar, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip bentuk pembelajaran yang berpihak pada pembelajaran melalui, relating, experienting, actuating, contekstual, transferring.
- SD Inpres Kuipons Kabupaten Jayapura dapat dijadikan sekolah unggul di Jayapura.
2. Rekomendasi
Operasional
a. Kepada Dinas
Pendidikan atau instansi terkait sebagai
bahan masukan dalam mengambil kebijakan/keputusan sebagai upaya meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme guru
termasuk meningkatkan mutu pendidikan.
b. Kepada LPMP yang turut membantu kegiatan program bermutu diupayakan terus dilanjutkan sampai tuntas.
c. Kepada
pengawas sekolah, dapat membantu dalam membimbing dan mengawasi guru dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.
d. Kepada
pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan perlu terus melakukan inovasi pengelolaan
sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah.
e. Kepada Komite sekolah dan
masyarakat meningkatkan kerjasama dengan pihak sekolah khususnya dalam pembangunan
di bidang sarana dan prasarana.
f. Kepada guru-guru khususnya guru di SD Inpres Kuipons Kabupaten Jayapura, dengan dan kemampuannya untuk berubah perlu terus melakukan inovasi
pembelajaran dalam rangka menjadikan pembelajaran yang efektif.
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
Badru Zaman, dkk.
2005. Media dan
Sumber Belajar TK. Buku Materi Pokok PGTK 2304. Modul 1-9.
Jakarta
Universiats Terbuka.
Ekowati, Endang. 2001. Stategi Pembelajaran Kooperatif. Modul
Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005.Tentang Standar Pendidikan Nasional. Himpunan Peraturan Pemerintah RI di Bidang Pendidikan. Jakarta.
Binatama Raya.
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007. Tentang Standar Proses. Himpunan Peraturan Pemerintah RI di Bidang Pendidikan. Jakarta.
Binatama Raya.
Rusyan Tabrani. 2001. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung Remaja Rosdakarya.
Udin S. Winataputra, dkk. 2005. Strategi
Belajar Mengajar. Buku Materi Pokok PGSD2201. Modul 1-12. Jakarta.
Universitas Terbuka.
terima kasih telah berbagi ilmu
BalasHapusterima kasih sudah berbagi pengalaman
BalasHapusTerima kasih tulisannya sangat inspiratif
BalasHapus