Minggu, 15 Juli 2012

PROPOSAL PTK



A.      Judul Proposal
Judul Penelitian Tindakan Kelas ini adalah “Penggunaan Demonstrasi untuk meningkatan pemahanan konsep perubahan kenampakan bumi pada siswa kelas IV SD Inpres Kuipons Nimbokrang  Kabupaten Jayapura”.
B.       Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek terpenting dan sebagai tolak ukur dalam suatu bangsa. Semakin maju pendidikan suatu bangsa maka semakin maju pula bangsa itu dalam kancah dunia. Merosotnya bidang pendidikan di Indonesia jika dibandingkan dengan masa silam dikarenakan mental masyarakat yang puas dengan keadaan yang ada. Untuk menghindari hal itu pemerintah berusaha dengan keras untuk memajukan pendidikannya dengan memperbaiki sistem pendidikan dalam negara. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No.20 tahun 2003 Pasal 1).
Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan peletak dasar ilmu pengetahuan untuk jenjang pendidikan berikutnya. Dengan demikian, maka guru harus memiliki suatu keprofesionalan dalam menyampaikan dan mentransferkan ilmu yang dimilikinya dengan memperhatikan kesesuaian antara model, metode dan media serta bahan ajar yang akan disampaikan.
Guru harus siap dan sanggup menerima tantangan, karena disatu pihak guru harus bisa menerima seadanya dan mampu menyelami alam pikiran siswa, namun di lain pihak harus mendorong siswa untuk berkembang lebih jauh dan mengatasi kekurangan yang masih dialami siswa. Guru harus bersikap profesional dalam membelajarkan siswa, karena di satu pihak, guru menjadi seorang teman bagi siswa. Namun di lain pihak, guru tidak boleh puas dengan keadaan siswa yang sekarang dan harus menuntun siswa untuk mencapai tingkat kehidupan manusiawi yang lebih sempurna. Maka disamping bersikap empatik, guru juga menjadi inspirator, yang memberikan semangat kepada siswa untuk berkembang lebih jauh (Winkel, 1991:112).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja melainkan merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar masih sangat sulit dipahami oleh siswa. Hal ini dikarenakan pemvariasian dalam penggunaan metode pembelajaran jarang dilakukan oleh guru dan penggunaan alat peraga seadaannya. Hal ini terbukti ketika peneliti melakukan pretes  tentang perubahan kenampakan bumi pada siswa kelas IV SD Inpres Kuipons Nimbokrang   pada akhir pembelajaran, masih terdapat siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dimana KKM yang ditentukan dalam pembelajaran IPA adalah 60.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas IV pada tanggal 5 September 2011, mengatakan bahwa siswanya mengalami masalah dalam pembelajaran IPA terutama pada konsep perubahan kenampakan bumi. Hal ini disebabkan karena: (1) Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dengan baik sehingga daya tangkap tiap-tiap siswa masih kurang dalam menjawab soal, (2) Kurangnya pemvariasian metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, (3) Kurangnya penggunaan alat peraga yang digunakan guru untuk menunjang siswa dalam menjawab soal, (4) Kurangnya penguasaan kelas oleh guru dan keterlibatan siswa dalam kelas, (5) Kurangnya ketegasan oleh guru sehingga masih banyak siswa yang sering bermain pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Lebih lanjut pada saat peneliti melakukan pretes pada akhir pembelajaran, 22 siswa yang mengikuti pembelajaran, dan ternyata hanya 10 siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 60, sedangkan 12 siswa lainnya belum memenuhi KKM. Ini berarti bahwa hanya 45% siswa yang berhasil mencapai KKM sedangkan 55 % siswa lainnya belum berhasil sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa siswa belum paham mengenai konsep perubahan kenampakan bumi yang diajarkan guru.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka penggunaan metode demonstrasi perlu diterapkan pada proses pembelajaran, karena demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret, yakni penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran yang diterima.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka timbulah masalah yang mendorong peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penggunaan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Kenampakan Bumi pada Siswa Kelas IV SD Inpres Kuipons Nimbokrang    Tahun Pelajaran 2011/2012 ”.
C.      Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1.      Rumusan Masalah
Dari uraian dalam latar belakang, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut: Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa Kelas IV di SD Inpres Kuipons Nimbokrang  pada konsep perubahan kenampakan bumi?
Faktor Penyebab Masalah
Berdasarkan data-data yang didapat dari observasi berupa wawancara dengan guru kelas, ada beberapa kemungkinan penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada konsep perubahan kenampakan bumi, yaitu:
a)    Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dengan baik sehingga daya tangkap tiap-tiap siswa masih kurang dalam menjawab soal.
b)   Kurangnya pemvariasian metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.
c)    Kurangnya penggunaan alat peraga yang digunakan guru untuk menunjang siswa dalam menjawab soal.
d)   Kurangnya penguasaan kelas oleh guru dan keterlibatan siswa dalam kelas.
e)    Kurangnya ketegasan oleh guru sehingga masih banyak siswa yang sering bermain pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
2.    Pemecahan Masalah
Mencermati faktor-faktor penyebab di atas, maka ditetapkan tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah sebagai berikut:
a)         Guru menjelaskan materi dengan jelas, menarik dan terarah sehingga siswa dapat menyerap informasi yang diterima dan mampu menjawab soal-soal yang diberikan.
b)        Pembelajaran dengan menggunakan Metode Demonstrasi dan metode pembelajaran lainnya.
c)         Pembelajaran menggunakan alat peraga yang telah disiapkan.
d)        Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
e)         Guru harus tegas pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga perhatian siswa terfokus pada materi yang diajarkan.

D.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
Meningkatkan pemahaman konsep perubahan kenampakan bumi dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas IV SD Inpres Kuipons  Nimbokrang.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.      Bagi siswa
a)         Membantu siswa kelas IV SD Inpres Kuipons Nimbokrang  untuk mempermudah penguasaan konsep perubahan kenampakan bumi.
b)        Memperbaiki nilai siswa dalam pembelajaran IPA.
2.      Bagi guru
a)         Memberikan informasi kepada guru bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep perubahan kenampakan bumi.
b)        Meningkatkan kreatifitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.
3.      Bagi sekolah
a)      Memperbaiki mutu dan kualitas pendidikan pada jenjang pendidikan SD Inpres Kuipons Nimbokrang.
b)      Meningkatkan proses belajar mengajar agar lebih baik.


F. Kajian Teori
1.    Belajar dan Pembelajaran
Para ahli mendefinisikan belajar bermacam-macam sesuai dengan bidang mereka masing-masing, diantaranya:
Menurut Hilgard dan Bower (dalam Purwanto, 2002:84) Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Dapat diartikan bahwa perubahan perilaku belajar itu terjadi karena adanya sesuatu yang pernah dilakukannya secara berulang-ulang dan sadar bukan karena pembawaan atau dalam pengaruh sesuatu yang mengakibatkan kesadarannya terganggu.
Sedangkan menurut Gagne (dalam Purwanto, 2002:84) belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Jadi seorang dikatakan belajar jika dia telah mengalami perubahan perbuatan sesuai dengan apa yang telah dipelajari. Dengan kata lain, belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi.
Perubahan tingkah laku tersebut harus dapat bertahan selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian, belajar pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu proses perubahan positif-kualitatif yang terjadi pada tingkah laku siswa sebagai subyek didik akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, kemampuan berpikir logis dan kritis, kemampuan interaktif, dan kreativitas yang telah dicapainya.
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.
2.    Konsep Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya. (Iskandar & Hidayat, 1997:3). Karena konsep merupakan fakta atau sesuatu yang benar-benar terjadi maka konsep akan mempermudah pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan. Karena pada usia sekolah dasar pemikiran anak masih bersifat konkret sehingga dengan penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep serta akan lebih mudah untuk menyerapnya. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA.
a)    Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan alam secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. (Iskandar & Hidayat, 1997:2). Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus yaitu Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains.
Sedangkan menurut Sund & Trowbribge (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_Pengetahuan_Alam) Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan.

b)   Hakekat dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar  menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri  dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.  Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi,  dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi  bekerja ilmiah secara bijaksana. 
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. (BSNP 2007:13).
c)    IPA dalam Kurikulum Sekolah Dasar
Dari uraian di atas, IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek, menggunakan metode ilmiah sehingga perlu diajarkan di sekolah dasar. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar. Menurut Usman (2006) (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_Pengetahuan_Alam) alasan sains dimasukan dalam kurikulum Sekolah Dasar yaitu:
(1)     Sains berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam.
(2)     Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis.
(3)     Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
(4)     Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. (BSNP 2007:13).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan kurikulum yang dibuat yaitu, meliputi:
(1)  Standar Kompetensi
       Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit
(2)  Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi
(3)  Indikator
a.  Menjelaskan penyebab perubahan kenampakan bumi
b. Menjelaskan penyebab bumi terang pada siang hari dan gelap pada malam hari.
c.  Menjelaskan penyebab pasang naik dan pasang surut air laut
d)   Tujuan Pembelajaran Pendidikan IPA
Tujuan pembelajaran pendidikan IPA di SD/MI (BSNP 2007:13-14) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
(1)      Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
(2)      Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
(3)      Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif  dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,  teknologi dan masyarakat.
(4)      Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
(5)      Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
(6)      Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
(7)      Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
3.    Konsep Perubahan Kenampakan Bumi
Perubahan kenampakan bumi disebabkan oleh matahari dan bulan. Matahari mengakibatkan bumi terang pada siang hari dan bumi gelap pada malam hari. Sedangkan bulan mengakibatkan pasang naik dan pasang surut air laut. (Haryanto, 2007:180). Pada siang hari bumi tampak terang karena mendapat cahaya dari matahari dan pada malam hari bumi tampak gelap karena tidak mendapat cahaya dari matahari.
Bulan membuat malam hari tidak terlalu gelap. Apalagi saat bulan purnama, keadaan bumi menjadi paling terang dibandingkan malam hari lainnya. Bulan mempengaruh pasang naik dan pasang surut air laut. Pasang naik air laut adalah keadaan permukaan air laut yang naik sehingga air laut tampak bertambah banyak. Sedangkan pasang surut air laut adalah keadaan permukaan air laut yang turun sehingga air laut tampak berkurang. (Haryanto, 20007:182).
4.    Metode Pembelajaran
Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. (Surakhmad, 2003:95). Baik tidaknya metode yang akan digunakan dapat ditentukan dengan memperhatikan tujuan yang akan dicapai, materi, murid, situasi, dan guru. Menurut Sagala (2003) (dalam Rumuniati, 2007:2-3) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.
Metode pembelajaran pula dapat diartikan sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas baik secara individual atau kelompok. (Ahmadi & Prasetya, 2005:52).
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru dan murid pada proses pembelajaran dengan memperhatikan berbagai aspek untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ada banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, diantaranya: Metode ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi, pemberian tugas, karya wisata, laboratorium, sosio drama, eksperimen, demonstrasi, pemecahan masalah, individu, kerja kelompok.


5.    Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya secara tiruan. (Sanjaya, 2006:152-154). Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret.
Kelebihan metode demonstrasi antara lain:
a)    Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
b)   Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c)    Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
   Kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:
a)    Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus mencobanya beberapa kali terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
b)   Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
c)    Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi yaitu:
a)    Guru menjelaskan materi secara singkat dan jelas mengenai teori-teori dan fakta.
b)   Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 5-7 orang.
c)    Guru membagikan LKS kepada masig-masing kelompok.
d)   Guru mendemonstrasikan perubahan kenampakan bumi dengan menggunakan alat peraga yang sudah disiapkan.
e)    Secara kelompok, siswa mengamati uji coba atau peragaan yang dilakukan oleh guru.
f)    Siswa secara kelompok mengisi atau menjawab pertanyaan sesuai dengan petunjuk LKS yang ada.
g)   Setiap perwakilan kelompok mempresentasekan hasil kerjanya.
h)   Guru melakukan refleksi.
Karangka Berpikir

Adapun bagan kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut:
PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI
Guru
Siswa
Masalah pembelajaran
55% siswa tidak mencapai KKM
Tujuan pembelajaran tidak tercapai
Melakukan PTK
Perumasan masalah dan pemecahannya
Faktor penyebab
dan tindakan
Metode Demonstrasi
Tujuan pembelajaran tercapai dan KKM tercapai
Tujuan pembelajaran
Siswa
 



















Gambar 1.    Karangka Berpikir Penggunaan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Perubahan Kenampakan Bumi.
Dari gambar 1 di atas menunjukan bahwa dalam pembelajaran konsep perubahan kenampakan bumi, masih terdapat siswa yang mengalami masalah yaitu 55% siswa belum mencapai standar KKM yang sudah ditentukan oleh Sekolah sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai, hal ini mendorong peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penggunaan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Kenampakan Bumi pada Siswa Kelas IV SD Inpres Kuipons Nimbokrang  Tahun Pelajaran 2011/2012 ”.
Penelitian ini dilakukan atas dasar faktor penyebab masalah yang dialami siswa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SD Inpres Kuipons Nimbokrang  pada konsep perubahan kenampakan bumi, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan KKM yang sudah ditetapkan oleh Sekolah juga tercapai.
6.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: Jika pembelajaran IPA pada konsep perubahan kenampakan bumi menggunakan metode demonstrasi maka pemahaman siswa kelas IV SD Inpres Kuipons Nimbokrang   meningkat.
G.  Metode Penelitian
1.    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SD Inpres Kuipons Distrik Nimbokrang Kabupaten Jayapura.
2.    Subjek Penelitian
Siswa kelas IV SD Inpres Kuipons yang mengalami masalah dalam pemahaman pembelajaran IPA pada konsep perubahan kenampakan bumi yang berjumlah 22 orang yang terdiri dari 12 Laki-laki dan 8 Perempuan.
3.    Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah:
a)      Data kualitatif, berupa:
(1)     Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I dan Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II
(2)     Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I  dan Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II
  b)  Data kuantitatif, berupa:
Nilai Hasil Tes Siklus I dan Siklus II
4.    Aspek yang diteliti
a)       Siswa.
(1) Aktivitas/kegiatan siswa dalam mempelajari mata pelajaran SAINS khususnya pada saat mempelajari konsep perubahan kenampakan bumi.
(2) Hasil belajar siswa.
b)      Guru
Yaitu dengan memperhatikan kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran serta metode pembelajaran yang digunakan dalam menerapkan konsep perubahan kenampakan bumi.
5.    Analisis Data
a)      Pengolahan data
Untuk membandingkan data awal dan data akhir siswa, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
(1)     Menghitung peningkatan siswa dalam penguasaan konsep dengan membandingankan KKM yang ditetapkan oleh sekolah.
(2)     Menetapkan siswa-siswa yang sudah mencapai KKM dan yang belum mencapai KKM.
Format analisis pencapaian ketuntasan belajar siswa meliputi: Nomor, Nama siswa, Data awal, Siklus I mencakup nilai dan peningkatan, dan  Siklus II mencakup nilai dan peningkatan.
b)      Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada KKM yang sudah ditentukan yakni 60, dikatakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini berhasil apabila minimal 85% siswa telah mampu mencapai standar KKM. Dan siswa yang belum mencapai KKM (15%) akan diberikan kegiatan remedial berbentuk pengulangan materi yang belum dikuasai oleh siswa dan kegiatan pengayaan yang dilakukan oleh guru dalam bentuk pemberian tugas-tugas individual atau berbentuk klasikal.



H. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan selama empat bulan terhitung mulai dari bulan September 2011 sampai dengan Desember 2011
No
Uraian Kegiatan
Bulan Minggu ke
September
Oktober
November
Desember
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Tahap Persiapan

















a.    Observasi

















b.    Perencanaan Tindakan

















c.    Pembuatan Instrumen
















2
Siklus I

















a.Tindakan 1

















b.Analisis Tindakan 1
















3
Siklus II

















a.Tindakan 2

















b.Analisis Tindakan 2
















4
Pengolahan Data
















5
Penyusunan Laporan

















I. Biaya Penelitian
1.      Biaya Persiapan                                              
a)    Pengurusan ijin                                           Rp.    50.000,-
b)   Konsumsi rapat                                           Rp.    50.000,-
Jumlah                                                       Rp.  100.000,-

2.      Biaya Operasional
a)    Perencanaan Tindakan                                Rp.   200.000,-
b)   Implementasi Tindakan                              Rp.   500.000,-
c)    Observasi dan Evaluasi                              Rp.   100.000,-
d)   Analisis dan refleksi                                   Rp.   100.000,-
e)    Pelaporan                                                    Rp.   500.000,-
Jumlah                                                       Rp.2.400.000,-

3.      Jumlah seluruh biaya penelitian
a)      Biaya Persiapan                                         Rp.   100.000,-
b)      Biaya Operasional                                     Rp.2.400.000,-
Jumlah                                                     Rp.2.500.000,-


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu dan Prasetya Joko Tri. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia
Badan Standar Pendidikan Nasional. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD
Haryanto. 2007. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_Pengetahuan_Alam diakses tanggal 2 September  2011
Iskandar Sarini dan Hidayat Eddy. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Kusumah Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks
Purwanto Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Surakhmad Winarno. 2003. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia
Undang-undang RI No.20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara Bandung
Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media group
Winkel W.S.1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.